UNIVERSITAS GUNADARMA
SISTEM INFORMASI
TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
Nama : Dicki Rohman
NPM : 1B119028
Kelas : 1KA20
Jakarta
2020
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Setiap
manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang hampir meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha
orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang
berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang
diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita.
Harapan
berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Bila dibandingkan dengan
cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan
cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Harapan bukan hanya terucap dari
mulut saja melain dan dengan usaha dan doa, tanpa usaha dan doa pasti harapan
terbuang dengan sia-sia. Harapan juga, harus dibarengi oleh rasa optimis karena
optimis adalah factor mengharapkan sesuatu yang terbaik dari situasi tertentu.
Harapan
atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan
datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun
diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar
terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau
sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya
menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Setiap manusia mempunyai
harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup.
Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Pada
dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan.
Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia
itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan,
biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari manusia?
2. Apa
pengertian dari harapan?
3. Apa
hubungan manusia dan harapan?
4. Apa
penyebab manusia memiliki harapan?
5. Apa
pengertian dari kepercayaan?
6. Apa
pengertian dari kebenaran?
7. Bagaimana
cara meningkatkan kepercayaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manusia
Manusia
adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan
yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang
rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu,
dan sebagainya.
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi,
manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.
2.2. Pengertian Harapan
Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan kita. Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak
bisa hidup menggantung semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang
terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap, kita harus
bertindak. Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada
harapan demi perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa.
Bekerja dan bertindak disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang
membawa hasil. Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan selama
hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen.
2.3. Manusia dan Harapan
Harapan
dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan
supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan
diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar
dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut
macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan).
Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan
tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan
terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda
rasional tidak akan terjadi.
Harapan
itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau
maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir
luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir
sempit maka harapannya juga akan sempit.
Harapan
itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan
pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai
berikut:
· Harapan
apa yang baik
· Bagaimana
cara mencapai harapan itu
· Bagaiman
bila harapan tidak tercapai
Jika
manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat
juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara
dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada
hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya
menjadi kenyataan dan terwujud.
2.4.
Sebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut
kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini
langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga
atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang
dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Dua
hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain:
1.
Dorongan
Kodrat
Dorongan
kodrat ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiyah yang sudah terjelma
dalam diri manusia sejak manusia itu di ciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat
menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa,
bergembira, dan sebagainya. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma
sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat
atau hidup bersama dengan manusia lain dengan kodrat ini, maka manusia
mempunyai harapan.
2.
Dorongan
Kebutuhan Hidup
Sudah
kodrat pula bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan hidup, kebutuhan
hidup itu pada garis besarnya dapat di bedakan atas: kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup
itu maka manusia mempunyai harapan, Pada hakekatnya harapan itu adalah
keinginan unutuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut
Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia
itu ialah:
a.
Kelangsungan hidup (surviral)
Untuk
mencukupi kebutuhan pangan, sandang, papan itu, maka manusia kecil telah mulai
belajar. Dengan pengetahuan uang tinggi harapan memperoleh pangan, sandang, dan
papan yang layak akan terpenuhi, atau tiap manusia perlu kerja keras dengan harapan
apa yang diinginkan: pangan, sandang dan papan yang layak terpenuhi.
b.
Keamanan (safety)
Setiap
orang membutuhkan keamanan. Sejak seseorang anak lahir ia telah membutuhkan
keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan.
c.
Hak dan kewajiban mencintai dan di
cintai (be loving and love)
Tiap
orang mempunyai hak dan kewajiban Dengan pertumbuhan manusia mka tumbuh pula kesadran
akan hak dan kewajiban. Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa
sudah dewasa sehinga sudah saatnya mempunyai harapan untuk di cintai dan
mencintai.
d.
Diakui lingkungannya (status)
Setiap
manusia membutuhkan status, siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Status itu
penting, karena dengan status orang tahu siapa dia. Harga diri orang antara
lain melekat pada status orang itu.
e.
Perwujudan cita-cita (self actualization)
Manusia berharap untuk diakui
keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatanya atau profesinya.
Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandainnya agar diterima atau
diakui kehebatannya.
2.5.
Kepercayaan
Kepercayaan
berasal dari kata percaya. Artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ia tidak percaya pada diri
sendiri saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat
dipercaya. Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah kita harus
percaya akan nasehat-nasehat kyai itu, karena nasehat-nasehat itu diambil dari
ajaran Al-Quran.
Dengan
contoh berbagai kalimat yang sering kita dengan dalam ucapan sehari-hari itu,
maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada
jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan
diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain
itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan
lagi masalahnya. melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau
tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaann yaitu disebut
kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu
makin besar kepercayaan.
Dalam
agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya
diberitahukan oleh Tuhan secara langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besamya. Kepercayaan dalam
agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas
keyakinan sendiri menimbulkan juga hak beragama menurut keyakinan.
Dalam
hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang
yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
2.6.
Kebenaran
Kebenaran
atau benar amat penting bagi manusia, setiap orang mendambakannya karena ia
mempunnyai arti khusus bagi hidupnya, Ia merupakan fokus dari segala pikiran,
sikap dan perasaan. Dalam tingkah laku, ucapan, perbuatan manusia selalu
berhati-hati agar mereka tidak menyimpang dari kebenaran. Manusia sadar, bahwa
ketidak benaran dalam bertindak, berucap maupun bertindak dapat mencemarkan
atau menjatuhkan namanya.
Dr.
Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat Ilmu, sebuah pengantar Populer ada
tiga teori kebenaran sebagai berikut:
1.
Teori koherensi atau konsistensi
Yaitu suatu pernyataan di anggap benar bila
pernyataan itu bersifat koherensi atau konsisiten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang di anggap benar.
2.
Teori korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan
benar bila materi pengetahuan yang di kandung pernyataan itu berkorenponden
(berhubungan) denga obyek yang di tuju oleh pernyataan tersebut.
3.
Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan di ukur dengan criteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Dalam
berbagai jenis kebenaran tersebut yang selalu diusahakan dan dijaga
ialah kebenaran dalam bertindak, berbuat, berucap, berupaya dan
berpendapat.
2.7. Berbagai Kepercayaan dan Usaha Untuk Meningkatkannya
Dasar
kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia, Kepercayaan itu
dapat di bedakan atas:
1.
Kepercayaan Diri Sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu di tanamkan setiap
pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan
Yang Maha Esa, percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya
menang, dirinya mampu mengerjakan yang di serahkan atau di percayakan
kepadanya.
2.
Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan kepada orang lain itu dapat berupa
percya kepada saudara, orang tua, guru atau siapa saja. Kepercayaan kepada
orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai
dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya.
3.
Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan
pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof. Ir.
Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan
memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan
sejati karena semua adalah ciptaan Tuhan.
Pandamgan
Demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun
milik rakyat). Rakyat adalah Negara, rakyat itu menjelma pada Negara. Satu-satunya
realitas adalah Negara/
Jelaslah
bagi kita, baik teori atau pandangan teoratis ataupun demokratis Negara atau
pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran, karena itu wajarlah
kalau manusia sebagai warga Negara percaya kepada Negara/pemerintah.
4. Kepercayaan
kepada Tuhan
Kepercayaan
kepada Tuhan yang Maha Kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu
bukan dengan sendirinya, tetapi di ciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti
keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan
tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Berbagai
usaha di lakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.Usaha
itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu
antara lain:
a) Meningkatkan
ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
b) Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat.
c) Meningkatkan
kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan
sebagainya.
d) Mengurangi
nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
e) Menekan
perasaan negative seprti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Harapan
merupakan suatu kondisi dimana seseorang akan melakukan apapun untuk mencapai
tujuan semaksimal mungkin. Setiap individu memiliki harapan nya masing=masing
terhadap kelangsungan hidup mereka. Usaha yang dilakukan untuk mencapai
suatu harapan sangatlah beragam. Misalnya bekerja keras, memohon dan berdoa
kepada Yang Maha Kuasa. Ada berbagai macam harapan yang ada, namun tidak semua
harapan dapat tercapai dengan mudah. Butuh kerja keras untuk mencapai harapan
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://jeffryzakaria.blogspot.co.id/2014/12/tugas-ilmu-budaya-dasar-rangkumanilmu.html